Cara Kerja RFID Pembatasan Penggunaan BBM Bersubsidi Pertamina

 

Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan Pertamina akan meluncurkan Sistem Monitoring dan Pengendalian Bahan Bakar Minyak (SMPBBM). Caranya dengan mengaplikasi alat Radio Frequency Identification Device (RFID). “Alat RFID didesain untuk memonitor konsumsi BBM bersubsidi secara nasional. Sosialisasi akan gencar dimulai pada bulan Juni, diharapkan dapat diterapkan pada bulan Juli 2013,” ungkap Darius Darwis, Koordinator Pelaksana SMPBBM PT Pertamina Persero.

RFID sendiri merupakan modul terdiri dari beberapa alat yang terintegrasi antara kendaraan dengan data center milik Pertamina. “Data yang tersimpan dalam chip RFID tag berupa jenis kendaraan, identitas pemilik kendaraan, nama SPBU dan volume BBM yang diisikan. Dikirim melalui device controller ke data center Pertamina. Yakni melalui sebuah server lokal yang ditransmisikan pada SPBU,” terang Darius, saat ditemui langsung di Kantor Pusat Pertamina.


Jadi nantinya saat alat ini dipasang di mobil, akan diketahui berapa banyak BBM besrsubsidi yang digunakannya. Jika misalnya pemerintah hanya membatasi 200 liter BBM bersubsidi selama sebulan untuk sebuah mobil, maka alat ini akan memonitornya. Jika quota 200 liternya sudah terpenuhi, maka si pemilik mobil tidak dapat mengisi BBM bersubsidi lagi karena nozzle dispenser SPBU otomatis tidak akan mengeluarkan BBM lagi. Kecuali membeli BBM nonsubsidi.

Untuk mendapatkan alat RFID tidak dikenakan biaya alias gratis. Pihak Pertamina akan menyebar alat RFID pada sejumlah SPBU, tempat umum hingga sejumlah instansi pemerintah dan swasta. “Pertama kali akan di efektifkan di seputar Jakarta dulu. Secara bertahap akan mencakup seluruh Indonesia,” lanjut Darius, seraya bilang proses pemasangan RFID tag tidak lebih dari 5 menit.

Penggunaan alat RFID ini sementara hanya sebatas monitoring saja, jika seluruh sistem telah terpasang maka pengendalian akan dilakukan. “Melalui data yang dikirim ke kantor pusat Pertamina, maka akan diketahui secara terperinci konsumsi BBM bersubsidi untuk tiap kendaraan. Maka risiko penyelewengan dapat ditekan,” imbuh pria yang berkarir di Pertamina sejak tahun 1994 ini.
Powered by Blogger.